MALANG - Hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang selama tujuh hari berturut-turut, mengakibatkan meluapnya sungai Desa Sitiarjo sehingga menyebabkan beberapa lokasi terdampak banjir.
Intensitas hujan yang tidak menentu ditambah dengan angin kencang mengakibatkan debit air di sungai meningkat secara drastis, puncaknya semakin dirasakan masyarakat pada hari Jumat lalu (07/07), dengan ketinggian air mencapai dada orang dewasa. Namun pada Sabtu (8/7), banjir yang terjadi pada empat dusun tersebut terpantau mulai berangsur-angsur surut, sehingga dapur umum di GKJW Gunung Tumo sejak sore resmi ditutup dan warga sekitar dusun sudah bisa melakukan aktivitas secara mandiri.
Sedangkan kondisi sumur dua RT di Desa Sitiarjo yaitu RT 26 dan RT 29 mulai dikuras dan dikondisikan agar dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Banjir tersebut sempat menyebabkan terjadinya longsor di dusun Kedungbanteng bawah.
Menurut pantauan dar Tim Emergensi dan Tanggap Bencana Universitas Brawijaya (TED UB) rekap data jiwa terdampak saat ini berjumlah 767 KK, 2046 jiwa, terdiri dari 1003 laki-laki, 1043 perempuan, 247 lansia, 11 bayi dan balita, 5 ibu hamil, dan 2 penyandang disabilitas.
Penanganan musibah banjir saat ini berupa respon cepat untuk melakukan evakuasi tanggap bencana dengan mengarahkan tim dari beberapa relawan seperti PMI Kota Malang, PMI Kabupaten Malang, BPBD, BNPB, Yatim Mandiri, Tim SAR dan TED UB.
Kemudian tim kesehatan EMT Type 1 Mobile dengan bantuan puskesmas diarahkan untuk membantu para warga setempat di pengungsian bencana dengan membagikan obat-obatan yang memadai secara gratis. Selain itu TED UB juga melakukan monitoring terhadap warga terdampak dengan penyakit yang sering ditemui, diantaranya meliputi hipertensi, jamur kulit, ISPA, common cold, dermatitis, myalgia, hingga kutu air.
Hingga beberapa waktu mendatang bantuan yang sangat dibutuhkan adalah persediaan dan cadangan air bersih. Rencananya akan terdapat bantuan dua kendaraan truk tanki air yang diterjunkan dari PMI, hal ini dikarenakan kondisi sumur di dusun masih dalam keadaan keruh sehingga pendistribusian air bersih harus segera dilakukan.
Sedangkan jalan menuju lokasi masih dirasa aman karena telah dapat diakses melalui jalur darat dengan kendaraan seperti motor, mobil, dan truk. Sanitasi dan ketersediaan listrik di wilayah terdampak juga sudah dirasa memadai, namun untuk menghindari situasi berbahaya seperti gangguan korsleting, maka aliran listrik di beberapa dusun masih dipadamkan untuk sementara waktu.
Tidak hanya warga Sitiarjo yang di evakuasi, bahkan anggota Mahasiswa Membangun Desa (MMD) kelompok 20 dari Universitas Brawijaya pun harus segera beranjak dari lokasi tersebut. Dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang dan warga setempat, proses evakuasi telah dilaksanakan dengan memprioritaskan lansia, anak-anak dan warga yang terjebak di dalam rumah.
Meski harus segera di evakuasi, kelompok mahasiswa UB ini juga berperan di dapur umum. Menurut Dimas Indra Kurniawan selaku Koordinator Desa kelompok 20 Sitiarjo, anggotanya diperbantukan di lokasi bencana banjir. ”Kami mendapat bagian untuk menyiapkan bahan makanan, seperti memecah telur, memotong sayuran, menyiapkan mie dan air.
Semua anggota tim ikut terlibat dalam membantu persiapan dan pelayanan, sedangkan untuk proses memasak telah ditangani oleh BPBD sendiri. Jumlah makanan yang dipersiapkan cukup banyak, kami membantu mengemas 410 bungkus makanan untuk dibagikan kepada warga desa terdampak banjir. Tentunya dengan pengabdian seperti ini memberikan sebuah pengalaman berharga bagi kami semua, ” pungkasnya. (VQ)